Cerita yang singkat untuk kisah yang panjang | Prolog



Sinar surya pagi itu menembus jendela kaca di kamar seorang gadis yang tengah terlelap. Matanya mengerjap merasakan sinar terik yang menimpa wajahnya. Tubuhnya mengeliat menikmati tidurnya yang nyaman pagi itu. namun kenyamanan itu tak bertahan lama. Suara teriakan nyaring neneknya mulai terdengar. Ya, itu merupakan suara yang selalu muncul kala gadis itu membuka mata di pagi hari. Suara itu bagai alarm di pagi hari baginya. Ia mengeliat sekali lagi untuk menghilangkan pegal di tubuhnya. Suara teriakan itu terdengar lagi. Kali ini semakin kencang. 

“AIRAAA! AIRAAAAA!” teriak neneknya semakin kencang
“Iyaa.... udah bangun” jawab gadis itu sambil melipat selimut 

Setelah membereskan tempat tidurnya, gadis itu bergegas turun menuju dapur sebelum teriakan neneknya sampai ke ujung gang!

“Selamat Pagi nenek cantik” ucap gadis itu sembari memeluk neneknya dari belakang. Neneknya yang tengah sibuk mengaduk adonan risol pun protes
“Aduh kamu ini gangguin nenek aja sih! Minggir sana” ucap neneknya karena kesal dengan tingkah cucunya. 
“Duh pagi-pagi kok udah marah-marah aja sih. Nanti cepet tua loh!” ucap Aira sembari mencolek pipi neneknya.
“Gimana gak marah? Nenek teriak-teriak dari pagi kamu gak bangun-bangun. Lagian nenek juga udah tua!” jawab neneknya ketus.

Aira tak menjawab omelan neneknya. Ia sibuk memakan potongan wortel di meja.  Ia memperhatikan tangan terampil neneknya yang sedang menggulung adonan risol. Tangan yang sudah mulai keriput itu tetap semangat mengerjakan apa yang telah menjadi rutinitasnya selama beberapa tahun terakhir ini. 

Semenjak kematian suaminya, ia hanya mengandalkan pemasukan dari uang pensiunan suaminya yang seorang anggota polisi dan tabungan yang ditinggalkan mendiang suaminya. Oleh karena itu neneknya memilih untuk berjualan jajanan pasar sebagai penghasilan tambahan, apalagi cucu satu-satunya ini juga butuh biaya untuk studinya. 

“Kamu kenapa masih duduk disitu? Cepet mandi sana! Nanti telat” omel neneknya. 
“Iya iyaa... ini juga mau mandi kok” 

Aira mandi dan bersiap menuju kampusnya. Ia mengenakan setelan rok suede dan kemeja dengan warna senada. Tak lupa ia membawa tas tenteng kesayangannya. Sekali lagi ia mematut dirinya di cermin, memastikan tak ada yang salah dengan dandanannya. 

“AIRAAAA! CEPETAN DANDANNYA! DANIEL KELAMAAN NUNGGU!” teriak neneknya dari bawah

Aira tersenyum mendengar teriakan neneknya. Kekasihnya telah menunggu dibawah. Kekasih yang telah bersamanya selama kurang lebih tiga tahun ini selalu ada bersamanya. Meskipun Daniel sudah bekerja, namun ia tak pernah absen satu hari pun untuk sekedar mengantar Aira berangkat ke kampus. Tak mau membuat lelakinya menunggu lama, ia segera turun menuju halaman rumah. 
Tampak lelaki tampan itu sedang berbincang dengan neneknya. 

“Aku berangkat dulu ya, Nek” ucap Aira sambil mencium pipi neneknya. 
“Iya... hati-hati ya, Jangan ngebut-ngebut!” jawab neneknya.
“Berangkat dulu, Nek” Ucap Daniel 

Daniel menyetater motornya dan melesat mengitari jalanan kota itu. Sekitar 15 menit, keduanya sampai di depan gerbang kampus. Ia melepaskan helm Aira. Memang sudah menjadi kebiasaannya untul membantu melepaskan helm tuan puteri nya itu. 

“Semangat kuliahnya ya Tuan Putri” ucap Daniel sambil mengelus kepala Aira

Aira hanya tersenyum memandangi motor kekasihnya yang kian menjauh. 
Kemudian ia bergegas masuk ke dalam gedung kampusnya. Karena terburu-buru, ia tak melihat tanda lantai basah yang dipasang OB pagi tadi. Aira terpeleset dan jatuh tersungkur.

“Aduh!!” pekik Aira
“Ngapain rebahan di lantai?” tedengar suara lelaki yang sepertinya sedang bicara padanya. 

Comments

Popular posts from this blog

CERPEN | Menikahimu

Raihan dan Rania | PART 4

Raihan dan Rania | PART 6