Aku Ini Perempuan

Aku tau hati kita memang tak pernah bisa selaras. Kau dengan pikiranmu, aku dengan perasaanku. Keduanya saling bersinggungan, tidak, bahkan selalu bersinggungan. Mengapa seperti itu?
Seharusnya sejak awal kau tak perlu memberi harap kepadaku. Ahh... Tidak. Sepertinya bukan kau yang salah. Akulah yang membangun harapan itu sendiri. Menyedihkan bukan? Hanya karena sikap manismu, justru membuatku jatuh tersungkur.

Aku bahkan tak mengerti mengapa aku sebodoh ini? Tak bisakah kita saling memahami bahwa kau terus saja mengorek-ngorek perasaanku yang paling dalam? Ahh... Tidak. Kau tidak salah. Akulah yang membiarkanmu melukaiku, bahkan tanpa harus menyentuhku. Menyedihkan bukan? Kau tahu? Itu sangat menyakitkan bagiku.

Terkadang seseorang baru menyadari perasaannya justru ketika ia telah terlalu jauh berjalan. Begitu pula aku. Aku bahkan sempat membencimu. Membenci sikapmu yang selalu saja diam, seolah-olah aku ini barang yang tidak penting bagimu. Benarkah begitu? Kalau benar, aku hanya ingin mengatakan bahwa itu sangat menyakitkan untukku.

Apakah benar aku seperti itu? Apa arti diriku untukmu? Apakah aku hanya sebatas pengisi kekosonganmu? Apakah aku hanya penghibur laramu? Apakah aku hanya teman sepi mu? Apakah aku hanya tempat persinggahanmu? Itulah yang selama ini berkecamuk di pikiranku. Menyebalkan bukan? Tentu saja kau tak bisa merasakannya. Hanya aku. Hanya aku yang merasakannya.

Tentu saja aku yang salah!
Kau tidak salah. Kebetulan kau hanya seorang pria kesepian yang kebetulan pula disitu hanya ada aku. Ahh... Menyebalkan sekali membayangkan bahwa aku hanyalah tempat berteduhmu saja.
rumah, tetapi kau hanya menganggapku
Padahal aku selalu menganggapmu tempat persinggahan.
Aku yang selalu menganggapmu tempat terakhir, tapi.... Ahh sudahlah tak perlu kulanjutkan.

Kupikir kau hanya bersikap manis kepadaku, ternyata tidak. Aku hanyalah salah satunya, bukan satu-satunya. Menyedihkan bukan? Padahal aku hanya punya kau.
Bukankah lebih baik aku menghilang? Toh kau pun tak akan rugi, bukan?

Tak apa-apa. Aku tidak marah. Sungguh, aku tidak marah. Aku hanya mengasihani diriku sendiri yang terlalu mudah terjatuh hanya karna buaian manismu. Aku tidak akan menahanmu lebih lama lagi. Kau pun berhak memilih kebahagiaanmu sendiri. Toh perasaan memang tak bisa dipaksakan. Kita tak bisa memilih kepada siapa kita akan jatuh cinta.

Aku hanya berharap semoga kau selalu bahagia, sebab lukamu adalah luka ku juga. Pria ku ini tidak boleh terluka. Kau harus kuat. Kau kan akan melindungi anak gadis orang, jadi kau tak boleh terluka.
Selamat tinggal, bahagiamu adalah bahagiaku.

Love,
-Dadelion

Comments

Popular posts from this blog

CERPEN | Menikahimu

Raihan dan Rania | PART 4

Raihan dan Rania | PART 6