Raihan dan Rania | PART 1
.
.
.
Suasana lorong kampus yang cukup ramai,
tampak beberapa mahasiswa berlalu lalang. Sesekali memandang ponsel seolah
dunianya ada di dalam ponsel. Ada juga yang sibuk dengan laptopnya, duduk
diatas rerumputan yang ada di taman yang terletak di ujung lorong tersebut.
Memng benar, manusia selalu disibukan dengan hal-hal duniawi yang begitu
menyita waktu dan menguras tenaga.
Tak
jauh beda dengan yang lainnya, Seorang gadis berjilbab hitam yang tengah fokus
dengan layar laptop di pangkuannya. Tangannya sesekali meraih gelas jus jeruk
dan menyeruputnya sembari matanya masih tetap fokus pada layar laptop di
pangkuannya. Tiba-tiba...
“Oii
belum pulang!?”
Rania
terkejut bukan main ketika ada yang menepuk pundaknya tiba-tiba sampai jus
jeruk di tangannya terjatuh. Rania melotot kepada seseorang yang membuat jus
jeruknya tumpah itu.
“Mas
Raihan apaan sih! Liat nih jus jeruk
aku jadi tumpah. Untung gak tumpah ke
laptop!”.
Raihan
tertawa melihat ekspresi cemberut Rania. Raihan duduk di sebelah Rania, tak
sengaja melihat layar laptop Rania.
“Kamu
lagi ngapain? Kok belum pulang?”
“Lagi
ngerjain tugas, besok presentasi. Mas juga ngapain masih disini? Mau tebar
pesona ke dedek-dedek emes ya!?. Ucap
Rania sambil memandang sinis ke arah Raihan.
“Enak
aja, enggak lah!. Lagi nungguin
temen”
“Temen?
Siapa? Gebetan Mas ya?”
“Kamu
ini hobi nya nuduh-nuduh mulu. Beneran temen kok, Cowok. Dia lagi rapat BEM”
“Ohh...”
“Ohh... doang?”
“Terus
aku harus gimana?”
Raihan
tersenyum. Benar-benar cewek aneh Rania ini.Raihan pun masih belum paham
mengapa ia bisa berteman dekat dengan Rania. Bahkan bisa dibilang mereka telah
bersahabat. Padahal mereka masuk di jurusan yang berbeda, fakultas yang berbeda
pula. Bahkan mereka beda angkatan. Raihan yang telah memasuki semester 7,
jurusan Teknik Sipil dan tengah memulai pengerjaan skripsinya. Semetara Rania
baru meginjak semester 3, sama seperti gadis-gadis seusianya. Rania masih suka
main-main, travelling, hangout bersama teman-temannya. Sedikit
sekali waktu yang dihabiskan Rania untuk belajar. Memang benar, Rania bukanlah
gadis yang rajin dalam hal belajar akademik. Tapi kalau belajar masak, dandan,
dan hal-hal lain diluar akademik, maka ia akan maju paling depan. Bahkan Raihan
sampai dibuat heran dengan tingkah Rania. Sebenarnya tujuan Rania kuliah untuk
apa jika bukan untuk belajar?.
__________________________________________________________________________
[
F L A S H B A C K]
Raihan
dan Rania pertama kali dipertemukan dalam sebuah acara kampus, lebih tepatnya
acara penyambutan mahasiswa baru. Kala itu Rania adalah mahasiswa baru di
kampus tersebut, sementara Raihan saat itu adalah panitia dari acara, sekaligus
ia adalah koordinator lapangan alias Korlap, dimana para Korlap selalu memasang
wajah garang agar para mahasiswa baru segan dan selalu menaati aturan selama
kegiatan tersebut.
“WOY
BARISNYA YANG BENER!” bentak salah satu korlap.
“ITU
CEWEK YANG PENDEK NGAPAIN NUNDUK TERUS? NANTANGIN!?” bentak Raihan
“Anjirr... orang lagi kepanasan dibilang
nantangin” batin Rania. Ia pun mendongakan kepala dan terkejut ternyata orang
yang membentaknya tadi sudah ada dihadapannya dan memasang muka seram.
“Ngapain
kamu nunduk-nunduk? Duitmu jatuh!?” bentak lelaki itu.
“Nggak,
Kak”
“Terus
kenapa? Tadi saya ngomong apa? PANDANGAN LURUS KE DEPAN! NGGAK DENGAR?”
Rania
diam, ia takut menjawab lelaki bar-bar di hadapannya ini.
“KENAPA
DIAM? JAWAB!” Bentaknya lagi.
Rania
masih diam. Jujur meskipun kesal karena dibentak, tapi ia benar-benar takut
dengan ekspresi wajah garang dari orang yang kini berdiri di hadapannya itu
“Ganteng-ganteng
kok galak” batin Rania.
Dengan
kesal laki-laki itu berjalan meninggalkan Rania. Rania pun akhirnya dapat
bernafas lega ketika orang itu sudah pergi. Sungguh Rania memang tak terbiasa
menerima bentakkan. Baru kali ini ia dibentak sampai sekeras itu. Kesal memang,
tapi Rania memaklumi karena ini memang bagian dari ujian mental di kampus barunya.
Hari
pun berlalu, kini Rania sudah resmi menyandang status sebagai mahasiswa baru di
kampusnya. Rania mulai disibukkan dengan berbagai kegiatan di awal semester.
Pagi
itu Rania menuju ke Sekre untuk membahas Program Kreativitas Mahasiswa yang
sedang ia kerjakan bersama kakak tingkatnya.
“Mas
Arga!” panggil Rania kepada seorang lelaki tinggi yang sedang duduk di depan
Sekre.
“Eh
dek? Udah sampai sini aja”
“Hehehe... gimana Mas udah dapet tambahan
anggota belum? Kita masih kurang satu orang loh”
“Udah
kok. Aku udah hubungin temenku. Dia anak teknik. Cocok sama PKM yang mau kita
kerjain”
“Siapa
namanya?”
“Raihan”
Jawab Arga sambil memasukan buku kedalam tasnya.
Raihan... ulang Rania dalam hati.
“Yaudah
kita temuin dia yuk! Kebetulan tadi dia ngajak bahas Proposal kita”
“Sekarang?
Dimana?”
“Di
depan Perpus”
Bagai
kerbau yang dicocok hidungnya, Rania menuruti Arga. Rania berjalan dibelakang
Arga menuju perpustakaan. Sesampainya disana, terrnyata cukup ramai. Beberapa mahasiswa
terlihat duduk lesehan di depan perpus. Mereka terlihat sedang mendiskusikan
sesuatu. Tampak juga orang-orang berlalu lalang keluar masuk gedung
perpustakaan.
“Dimana?”
tanya Rania kepada Arga yang sedang tengak-tengok mencari seseorang.
“Itu
dia” jawab Arga sembari menunjuk seorang
laki-laki yang sedang duduk dibawah pohon yang terletak di depan perpustakaan
tersebut
“Woii,
Han!” sapa Arga kepada laki-laki tersebut
“Lah
ini mas mas yang bentak aku pas ospek kemarin” batin Rania
“Eh
Ga” jawab laki-laki itu, singkat.
“Ini
Rania, yang mau ngerjain PKM bareng kita. Dia baru semester 1”
Rania
mengulurkan tangan kepada Raihan. Takut-takut kalau Raihan mengingatnya.
“Ahh
tapi dia gak mungkin ingat kan? Anak-anak yang dibentak kan banyak” batin Rania
Raihan
menyambut uluran tangan Rania sambil tersenyum. Dan benar saja, Raihan sama
sekali tak membahas apa yang terjadi di acara ospek tersebut. Tentu saja Rania
bersyukur.
Semenjak
saat itu, Raihan dan Rania mulai dekat. Bukan soal PKM yang tengah mereka
kerjakan. Tapi sampai pada Raihan yang selalu menjemput Rania seusai kuliah. Padahal
kos Rania bisa dibilang dekat dari kampus. Jalan sendiri pun Rania bisa. Tetapi
Raihan yang baik hati mau menjemput Rania. Tak jarang mereka keluar bersama
untuk sekedar jalan-jalan, nonton film di bioskop, atau berkeliling Kota Solo. Chat
mereka pun intens setiap hari. Bahkan teman-teman Rania sempat mengira mereka
berpacaran, padahal tidak. Rania pun sebenarnya bingung tentang sikap Raihan. Entah
apa yang dipikiran Raihan sampai Raihan memperlakukan Rania layaknya seorang
perempuan yang sedang dicintai. Hingga satu tahun sudah Raihan dan Rania dekat
layaknya sepasang kekasih. Rania sebenarnya sangat penasaran tentang bagaimana
perasaan Raihan terhadapnya. Tapi Rania tak pernah menanyakan. Rania takut,
Raihan akan berubah jika ia mempertanyakan tentang status hubungan mereka. Sejujurnya,
Rania mulai jatuh cinta kepada Raihan, entah sejak kapan. Yang jelas, perasaan
Rania sudah sampai pada titik ia tak ingin kehilangan Raihan apapun yang
terjadi. Tentu saja Rania jatuh cinta.
Perempuan
mana yang tak jatuh cinta bila diberi perlakuan spesial oleh seorang laki-laki
selama hampir satu tahun?perempuan mana yang tak jatuh cinta ketika sedih
lelaki itu selalu ada dan selalu bersedia menjadi sandaran hatinya kala dunia terlalu
menyesakkan dada? Perempuan mana yang tak jatuh cinta ketika ia selalu diberi
perhatian setiap harinya tanpa rasa lelah selalu mendengar keluh kesahnya? Benar,
Raihan memang sukses membuat hati Rania hanya terpaku olehnya. Sekalipun Raihan
tak pernah mengatakan apa-apa, tapi Rania tau Raihan juga mencintainya. Yang tak
Rania pahami adalah mengapa Raihan membiarkan hubungannya hanya sebatas ini
saja?bahkan semenjak kenal Raihan hingga detik ini Rania belum pernah jatuh
cinta dengan laki-laki lain. Banyak yang mendekati Rania namun hatinya memang
benar-benat sudah diisi oleh Raihan, Raihan, dan Raihan.
[F
LA S H B A C K OFF]
___________________________________________________________________________
Pagi
itu Rania terbangun pukul 04.30. ia segera mendirikan sholat subuh. Meskipun hari
ini ia libur kuliah, Rania berniat membersihkan kamarnya setelah beberapa hari tak
dibersihkan karena ia terlalu lelah dengan tugas yang menumpuk. Rania berkutat
dengan debu dikamarnya. Setelah selesai ia membuka aplikasi WhatsApp. Selalu,
nama Raihan ada di deretan chat paling atas.
Rania tersenyum. Ia bersorak. Tentu saja Rania
bahagia. Hari ini ia akan nge-date dengan Raihan. Otaknya sibuk berpikir akan
berdandan seperti apa ia nanti? Raihan bilang ia akan menjemput Rania pukul
15.30. Rania masih punya banyak waktu untuk menonton tutorial make up ngedate
dengan gebetan di Youtube.
Jarum jam menunjukkan pukul 15.15. Rania sudah
selesai berdandan. Sesekali ia mematut dirinya dikaca, kalau-kalau ada yang
salah dengan dandananya. Rania sangat antusias. Padahal ia sudah biasa pergi
nonton film dengan Raihan. Namun ia takkan melewatkan momen berharga ini. Apalagi
sebentar lagi Raihan akan disibukkan dengan skripsinya, pastinya waktu untuk bersama
Rania akan berkurang. Sekali lagi Rania mematut dirinya di kaca.
Ponsel
Rania berbunyi, Ternyata Raihan sudah di depan kosnya. Jantung Rania berdebar. Entah
mengapa ia seperti baru pertama kali nonton film dengan Raihan.
(Rania membuka gerbang kosnya, mendapati
Raihan telah menunggunya)
“Widiiih...
dandanannya kayak mau kondangan aja bos” celetuk Raihan
“Apasih
Mas, brisik lu” jawab Rania sambil cemberut. Padahal ia dandan supaya terlihat
cantik dihadapan Raihan, tapi malah disangka mau kondangan! Dasar Raihan memang
tidak peka. Melihat
wajah Rania yang semakin cemberut membuat Raihan segera melajukan motornya. Takut
takut kalau badak yang kini duduk di jok belakangnya mengamuk.
Sesampainya
di Mall, film yang akan mereka tonton belum mulai. Raihan pun mengajak Rania
untuk duduk di sofa yang ada di dalam bioskop
“Mau
makan dulu gak dek?” tanya Raihan
“Gak
ah, nanti aja mau beli es krim”
“Kamu
yang beli?”
“Kamu
lah. Traktir pokoknya”
“Lah
aku kan gak bilang mau traktir” protes Raihan
“TRAKTIR
GAK?” ancam Rania sambil memasang muka sok seram
“Astaga
rugi bandar gue. Iya deh terserah ambil aja yang mahal juga gakpapa”
Rania
tertawa. Sebenarnya ia tak ingin makan eskrim. Rania hanya ingin menggoda
Raihan, dan kini berhasil. Saat mereka asyik bercanda tiba-tiba...
“Lho...
Raihan?”
Suara
itu membuat Rania dan Raihan menoleh. Dihadapan mereka ini berdiri seorang
perempuan cantik berjilbab pink dengan setelan jeans dan sweater. Tatapannya hanya
tertuju kepada Raihan, ia tak menatap Rania sama sekali.
“Eh?
Nindy?” ucap Raihan.
________________________________________________________________________
Comments
Post a Comment