#tulisanshinta 1 | tentang merelakan



Kamis, 27 Februari 2020

Malam ini sunyi, seperti biasanya. Aku memandang langit-langit kamar kosku dengan berbagai macam pikiran yang berkecamuk.  Banyak hal yang kupikirkan. Tentang kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa depan, atau bahkan esok hari. Kukira aku ini seseorang yang pesimis, tapi menurutku tidak. Aku hanya sedikit ragu. Punya sedikit keraguan tidak salah, kan?.
Saat memikirkan itu, banyak pertanyaan yang muncul. Tentu saja pertanyaan itu kutujukan pada diriku sendiri. Aku bertanya
“Akankah semua harapanku hari ini akan terwujud?”
“Akankah impianku akan jadi kenyataan?”
“Akankah seseorang yang kucintai bisa bertahan sampai akhir?”
Masih banyak pertanyaan yang bahkan tak bisa kutuliskan disini.  Aku takut menuliskannya. Aku takut jawaban dari pertanyaan itu akan membunuhku suatu saat nanti. Ketika harapanku tak terwujud, aku pasti akan sangat kecew, sedih, dan marah. Ketika impianku tak jadi kenyataan, aku pasti akan merasa jadi orang paling tak berguna di dunia ini. Ketika seseorang yang kucintai tak mampu bertahan bersamaku, aku pasti akan merasa buruk dan merasa jadi orang yang paling tak pantas dicintai di bumi ini.
Aku memang insecure, aku akui itu. Aku bahkan pernah kehilangan kepercayaan diriku untuk waktu yang cukup panjang. Aku sempat mengira, aku ini penyandang mental illness. Sepertinya begitu, aku belum pernah datang ke psikolog hingga aku tak tahu apa yang terjadi dalam diriku. Jika kau lihat aku sebagai seseorang yang ceria, penuh semangat, selalu tertawa, sesungguhnya itu hanyalah saat aku berada ditengah keramaian. Bila aku sendiri, banyak ketakutan yang muncul. Seperti beberapa pertanyaan tadi.
Pernahkah kalian merasa jadi orang yang paling tak dibutuhkan didunia? Aku pernah. Bahkan sampai sekarang. Ketika aku melalui pasang surut percintaan, pertemanan, persahabatan, aku telah kehilangan banyak orang. Ketika aku gagal dalam pertemanan, aku berpikir “Apakah aku selalu melakukan kesalahan?”. Ketika aku gagal dalam persahabatan, aku berpikir “Sebegitu tidak pentingkah aku hingga ketika aku hilang bahkan tak ada satu orang pun yang mencari keberadaanku, atau menawarkan bantuan, atau hanya sekedar menanyakan apakah keadaanku baik-baik saja?”. Ketika aku gagal dalam percintaan untuk yang kesekian kalinya, aku berpikir “Apakah aku tidak cantik? Apakah aku tidak menarik? Apakah aku kurang baik? Apakah aku tidak pantas mendapat kasih sayang?” jujur itulah yang selalu aku pikirkan.
Maka dari itu, aku selalu melepaskan apa yang sekiranya tak bisa lagi kupertahankan dalam genggaman, entah itu pertemanan, persahabatan, ataupun percintaan. Aku tak ingin memaksa orang yang tak ingin bersamaku untuk selalu berada disisiku. Aku bahkan pernah mengalami sesuatu yang lebih buruk dari pada sekedar ditinggal pergi. Aku tahu, setiap manusia punya fase bosan masing-masing. Aku percaya kalimat “Bila sudah jodoh, semua yang pergi akan kembali ke genggaman”. Namun terkadang aku hanya takut kecewa pada diriku sendiri.
Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun akan aku lalui bersama orang-orang yang aku kasihi. Aku berharap mereka bertahan sampai akhir hayat. Jika tidak, tak apa. Aku tak akan memaksa. Sebab yang bersama pada akhirnya akan berakhir sendirian. Entah itu di bumi ataupun di alam barzah.
Aku punya satu quotes yang kubuat ketika aku sedang terpuruk
“Relakan ia yang tak ingin bersama, ikhlaskan ia yang ingin pergi meninggalkan, Lepaskan ia yang ingin lepas dari genggaman. Sebab kasih sayang tak akan hadir dari paksaan”.

#tulisanshinta

Comments

Popular posts from this blog

CERPEN | Menikahimu

Raihan dan Rania | PART 4

Raihan dan Rania | PART 6